Angin merupakan udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ketempat yang bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki suhu/temperature rendah ke wilayah bersuhu tinggi.
Di
dalam Al-Qur′an, angin disebut dengan kata rīh dalam bentuk tunggal, dan riyāh dalam
bentuk jamak. kata rīh juga digunakan untuk makna kekuatan atau energy. Makna rīh sebagai kekuatan dan energy ini sangat
sesuai dengan fakta ilmiah modern ketika manusia mampu memanfaatkan energy angin
untuk menggerakkan turbin-turbin seperti yang diaplikasikan, misalnya, untuk pembangkit
listrik tenaga angin (PLTA). Maka sampai titik ini, penggunaan kata rīh dalam
Al-Qur′an dalam arti kekuatan atau energi, dapat dimengerti dan berkesesuaian dengan
ilmu pengetahuan modern.
Kemudian, berdasarkan ilmu pengetahuan modern, bumi
yang dihuni manusia ini diselimuti oleh atmosfer, yang biasa kita sebut dengan lapisan
udara (yang bila bergerak disebut angin). Atmosfer meliputi kawasan yang
dimulai dari permukaan bumi sampai sekitar 560 km di atas permukaan bumi.
Melalui
(QS. An-Naba 78:13-14) dan (QS. Ar-Rum 30:48) telah menyinggung tentang hakikat
dan definisi awan yang saling erat kaitannya dengan peran matahari dan angin. Awan yang sering didefinisikan sebagai kumpulan titik-titik uap air berdiameter 0,02 sampai 0,06 mm di atmosfer yang
berasal dari penguapan air laut, danau, ataupun sungai. Kumpulan uap air ini
pula yang dapat menyebabkan hujan. Sementara awan yang letaknya sangat tinggi,
menyebabkan uap air menjadi beku dan jatuh ke bumi sebagai hujan air atau
es/salju.
Fakta ilmiah tentang hakikat terbentuknya awan dari uap-uap air yang
diarak dan “dikawinkan” oleh angin sehingga menghasilkan hujan, sebenarnya telah
diisyaratkan dalam sebuah dalam Al-Quran pada (QS. Al-Hijr 15:22) yang artinya “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami
turunkan hujan dari langi tlalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali
kali bukanlah kamu yang menyimpannya.”
Dalam ayat ini ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan
hujan adalah angin. Hingga awal abad ke 20, satu-satunya hubungan antara angin
dan hujan yang diketahui hanyalah bahwa angin yang menggerakkan awan. Namun penemuan
ilmu meteorologi modern telah menunjukkan peran "mengawinkan" dari angin
dalam pembentukan hujan.
Awan dapat menjadi sangat berat. Misalnya, awan badai
yang disebut kumulonimbus merupakan akumulasi dari 300.000 ton air.
Terbentuknya keteraturan yang menjadikan massa air sebesar 300.000 tondapat melayang
di udara sangatlah menakjubkan.